Brilio.net - Selama ini boleh jadi banyak orang beranggapan dunia model hanya bisa dilakukan para wanita cantik dengan postur tubuh proporsional. Tapi rasanya pandangan jamak itu harus dikoreksi deh. Terbukti, mereka yang berkebutuhan khusus juga ternyata bisa lho berlenggak-lenggok di atas runaway.

Hal inilah yang terlihat dalam gelaran pekan mode Jakarta Fashion Week 2020. British Council yang berkolaborasi dengan COTTONINK dan studio seni dan desain Inggris, Intoart terbukti kembali menghadirkan peragaan busana inklusif yang menampilkan karya seniman disabilitas, model dan penari disabilitas serta video kampanye bertema ‘Sama Bisa, Bisa Sama’ untuk mendorong industri mode yang lebih inklusif dan merepresentasikan keberagaman di masyarakat.

Desainer Disabilitas © 2019 brilio.net

Camelia Harahap, Head of Arts and Creative Industry, British Council Indonesia menjelaskan selama ini kondisi disabilitas yang merupakan bagian dari wajah keberagaman masyarakat namun kerap dilihat dari sudut pandang ketidakberdayaan. Lewat kegiatan ini pihaknya ingin mengubah persepsi itu dengan mengangkat karya dan kemampuan seniman disabilitas dalam sebuah peragaan busana inklusif yang lebih jujur dalam merayakan keberagaman masyarakat.

“Harapannya, peragaan busana ini dapat menginspirasi pelaku industri mode dan ekonomi kreatif agar semakin inklusif, baik dalam merancang produk, proses produksi, hingga pemasaran yang lebih mencerminkan keberagaman,” ujar Camelia.

Desainer Disabilitas © 2019 brilio.net

Tahun lalu, model-model disabilitas tampil untuk pertama kalinya dalam peragaan busana inklusif di Jakarta Fashion Week hasil kolaborasi British Council, perancang busana Sean Sheila (Indonesia) dan Teatum Jones (Inggris). Inisiatif ini merupakan komitmen British Council untuk memperkuat ekosistem seni disabilitas serta mendukung kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas di masyarakat.

COTTONINK yang dikenal dengan ciri khas ‘casual with a twist’ menampilkan koleksi terbaru karya illustrator Ayang Cempaka dengan corak floral dan warna-warni penuh semangat, mencerminkan semangat kreativitas dan ekspresi diri yang tidak terhalang oleh kondisi disabilitas.  Koleksi ini dibawakan Feby Widya Putri, Namira Zania dan Marta Hardy– tiga perempuan yang hidup dengan disabilitas dan berprofesi sebagai barista, penari, dan staf rekrutmen dalam kesehariannya. Peragaan busana ini turut menghadirkan penulis lagu Kallula Harsynta Esterlita dan kelompok tari Gigi Art of Dance.

Desainer Disabilitas © 2019 brilio.net

“Bagi kami, fashion is for everyone termasuk juga teman-teman disablitas. COTTONINK membuat desain pakaian agar semua perempuan dengan beragam kepribadian dan bentuk tubuh dapat merasa nyaman dalam mengekspresikan diri. Kami senang dapat berkolaborasi dengan British Council dan Intoart melalui fashion untuk mengajak publik merayakan keberagaman,” ujar Ria Sarwono, Co-founder COTTONINK.

Intoart menghadirkan koleksi pakaian yang dirancang tiga seniman peyandang disabilitas intelektual, yaitu Yoshiko Phillips, Andrew Williams dan Ntiense Eno Amooquaye. Ketiga seniman ini membuat desain lukisan tangan yang diaplikasikan pada pakaian berbahan rajut John Smedley, salah satu merek pakaian rajut terbaik di dunia yang berbasis di Inggris. 

Desainer Disabilitas © 2019 brilio.net

Ketiga seniman memiliki gaya pribadi yang unik, tetapi dipersatukan oleh bahasa visual yang kuat. Seniman Ntiense Eno Amooquaye mengeksplorasi ikonografi mode dan perwujudannya dalam citra seorang model mode. Pola-pola Yoshiko Phillips dalam warna oranye terang membangkitkan imaji tentang pemangsa dan mangsa. Rajutan Andre Williams menampilkan gaya tipografi yang menarik perhatian dan penekanan pada pesan komikalnya.

“Kami bangga bekerja sama dengan British Council dan COTTONINK yang berkomitmen untuk representasi inklusif dalam mode dengan nilai dan integritas produksi yang tinggi, yang mencerminkan nilai dan etos dari praktik Intoart. Kami percaya Jakarta Fashion Week adalah platform penting untuk menampilkan dan menantang representasi desainer yang lebih beragam,” ujar Sam Jones, Programme Manager and Co-Founder Intoart.