Brilio.net - Sadar nggak sih, hampir semua supermarket memiliki konsep yang sama ketika berjualan. Alasannya bukan pihak perusahaan supermarket kurang kreatif, tetapi karena mereka paham betul bagaimana membujuk konsumen untuk terus belanja dan belanja.

Seperti brilio.net lansir dari The Economist, Minggu (18/6), di supermarket Saintbury di Hatch Warren, Basingstoke, barat daya London, butuh waktu berpikir untuk mulai berbelanja. Itulah kenapa pada area setelah pintu masuk supermarket disebut "zona dekompresi". Orang-orang akan memperlambat jalannya dan melihat-lihat lingkungan sekitar, meskipun mereka langganan tetap. Dalam istilah penjualan, area ini sedikit mengalami kerugian, sehingga cenderung lebih sering digunakan untuk promosi.

Nah, kamu sadar nggak sih area setelah pintu masuk kerap penuh dengan barang-barang promo? Bahkan kamu lebih sering melihat barang promo dulu saat masuk daripada langsung mencari barang yang diinginkan.

Wal-Mart, peritel terbesar di dunia, terkenal mempekerjakan "penyambut tamu" di pintu masuk toko. Alasannya bukan untuk meningkatkan penjualan, namun sambutan yang bersahabat disebut bisa mengurangi pengutilan.

Selanjutnya, pada "area santai" biasanya berisi majalah, buku atau pun DVD yang bisa menggoda dan memperlambat jalannya konsumen. Tapi, bagi mereka yang memang mendatangi area tujuan, konsumen akan dihadapkan dengan area buah dan sayur. Bagi konsumen, tentunya akan membeli buah atau sayur di akhir belanja karena takut tidak segar lagi. Tetapi menurut psikologi, memilih makanan segar akan memberikan kesenangam untuk memulai belanja. Dan inilah yang membuat konsumen tidak merasa bersalah mengambil barang-barang yang tidak perlu.

Trik supermarket lainnya adalah menempatkan barang-barang populer di bagian tengah sehingga konsumen harus berjalan di sepanjang lorong untuk mencarinya. Ide ini agar meningkatkan "waktu tinggal" konsumen menghabiskan waktu di toko.

Cara lainnya adalah dengan menempatkan toko roti di dalam supermarket. Tujuannya agar aroma roti yang baru dipanggang bisa membuat konsumen lapar dan tergerak ingin membeli.

Sebagian besar, supermarket memberikan informasi dengan label, stiker harga dan iklan. Tetapi aroma roti yang berhembus bisa memberikan stimulasi juga menurut Simon Harrop, CEO agensi aroma. Menurutnya, pada bagian binatu atau area untuk mencuci juga harus diberi aroma seprai yang baru dicuci. Bahkan, ia juga meletakkan aroma kelapa di toko agen travel agar konsumen mengingat kembali liburan terakhirnya.

Trik lainnya adalah dengan menempatkan produk bermerek dari produsen besar yang harganya mahal pas di depan mata. Sementara produk dengan harga yang murah ditempatkan pada bagian yang lebih rendah, bersamaan dengan produk milik supermarket itu sendiri.